Jumat, 06 Desember 2013

TIDAK BERHENTI PADA RETORIKA SAJA!

pemudapetra.wordpress.com
Era Reformasi__Pasca rezim Soeharto, kebebasan berbicara di ranah publik tidak di batasi. Sebagian masyarakat Indonesia jadi suka berbicara termasuk mengkritik tanpa solusi. Sehingga tak salah jika aku menjadi salah satu korban kebobrokan liberalisme.


Menelaah sikap tanggapku ketika menemukan hal yang mengganjal, menjadikanku berpikir bahwa kecenderunganku selalu mengkritik tanpa solusi_mengoceh tanpa dalih. Kesalahan, kekurangan, keburukan pada suatu instansi, kelompok dan individu aku kritisi, lalu menanggapinya dengan omongan belaka. Selalu ingin idealis tanpa realistis.


Kegetiran, keresahan dan ketidaknyamananku melihat realita yang ada, seharusnya tidak menjadikanku terus-menerus menghujat, menghina, saling lempar kesalahan atau bahkan saling menjatuhkan. Seperti yang pernah di sampaikan oleh Dr. Muh. Azhar (salah satu Dosen FAI UMY) ketika tulisannya mendapat kontroversi dari berbagai pihak; komentarilah dengan tulisan. Sikap tegas tersebut meyakinkanku bahwa “kritik melalui tulisan” cukup efektif dalam mempertahankan idealismeku, terlebih-lebih untuk kepentingan ummat. Namun tetap harus ada pada wilayah ke-anggun-an dalam mengkritik, dalam artian selalu menjaga etika dalam menyanggah, mengomentari atau mengusulkan saran.


Alhamdulillah, sekarang kita tahu apa yang seharusnya kita lakukan ketika menemui hal-hal yang menjengkelkan; yaitu dengan menulis.  Mari bersama-sama merubah keabstrakan berpendapat menjadi konsep yang jelas lewat menulis. 


Dan menulislah kekritisan konstruktif tanpa menjatuhkan kredibilitas siapun__dengan tanpa cara-cara yang kurang elegan.


Rifni Nurdieni-KKI 2013

0 komentar:

Posting Komentar