Mungkin pembaca terperangah sejenak membaca judul tulisan
ini. Judul tulisan ini sangat relevan di bahas dewasa ini. Mengingat banyak mahasiswa
yang sudah melupakan kenikmatan tersebut. Ketika mendengar kata “orgasme” maka
kebanyakan orang akan berfikir negatif. Orgasme selalu dihubungkan dengan
kenikmatan yang didapatkan oleh pasangan suami-isteri setelah berhubungan
intim, ataupun pasca mimpi basah bagi para pemuda yang masih lajang alias
jomblo.
Sehingga makna orgasme selalu dikaitkan dengan kenikmatan
biologis semata. Padahal, ada orgasme yang kenikmatannya melebihi dari
kenikmatan orgasme biologis yaitu orgasme intelektual. Jika orgasme biologis
hanya dinikmati beberapa menit setelah berhubungan intim dan mimpi basah. Akan
tetapi, orgasme intelektual akan dinikmati sepanjang jam, bahkan sepanjang
perjalan hidup manusia.
Orgasme intelektual hanya mampu dirasakan oleh para mahasiswa
yang memiliki motivasi kuat untuk terus belajar dan belajar. Ketika dalam proses
pembelajaran dia terus menikmati proses belajarnya itu, bahkan hingga
terlupakan melakukan pekerjaan yang lain. Maka di saat itulah mahasiswa
tersebut merasakan nikmatnya orgasme intelektual.
Mahasiswa yang sudah merasakan orgasme intelektual seakan-akan
tempat tinggal mereka berubah menjadi gudang perpustakaan. Hidupnya nomaden
seperti manusia purba. Artinya, hidup mereka berpindah-pindah dari satu toko
buku ke toko buku lainnya, dari satu perpustakaan ke perpustakaaan lainnya,
dari satu seminar ke seminar lainnya dan seterusnya. Sehingga dalam dirinya
sudah tertanam kuat bahwa satu hari tidak baca buku, satu hari tidak ke
perpustakaan, maka batin mahasiswa tersebut seakan-akan berteriak sambil
menangis. Begitulah keadaaan mahasiswa yang sudah merasakan orgasme
intelektual.
Lihat saja bagaimana orgasme intelektual para Ulama, mereka
rela jalan kaki lintas daerah bahkan negara hanya untuk menuntut ilmu. Begitu
pula dengan Ulama Hadist, mereka rela minum air kencing sendiri karena
kehabisan bekal hanya untuk memastikan keshahihan sebuah hadist. Mereka rela
tidak makan dan minum berhari-hari demi mencapai orgasme intelektualnya.
Sehingga buah dari orgasme mereka tersebut sekarang berada di tangan seluruh
manusia di jagat raya ini. Sebut saja di antara buah orgasme intelektual
monomental salah satu ulama besar umat Islam, yaitu Imam Nawawi, seperti Kitab
Arba’ain An-Nawawiyah, Kitab Riyadhus Shalihin, Kitab Al-Adzkar dan lainnya.
Kitab-kitab tersebut menjadi rujukan para pelajar Islam di seantero dunia untuk
memahami keindahan Islam.
Menurut penulis, salah satu ilmuan Indonesia yang sudah
merasakan orgasme intelektualnya adalah BJ. Habibie (Presiden ketiga RI). Dalam
beberapa literatur yang mengupas tentang dirinya, beliau hanya tidur dua jam
saja, selainnya digunakan untuk membaca buku dan belajar. Karena dalam dirinya
sudah tertanam kuat akan motivasi pentingnya pengetahuan.
Nah, sekarang mari kita mengaca diri. Apakah kita sebagai
mahasiswa sudah merasakan nikmatnya orgasme intelektual?, berapa buku dalam
sehari yang kita baca?, berapa kali ke perpustakaan dalam sehari?, berapa
banyak uang saku kita sisihkan untuk memberli buku? Serta berapa kali selama
menjadi mahasiswa mengikuti seminar yang diadakan oleh berbagai pihak?. Tidak
perlu dijawab dengan suara keras, malu di dengar sahabat kita di sebelah. Cukup
dijawab dalam hati saja. Dengan jawaban tersebut maka simpulkanlah, apakah kita
sudah merasakan nikmatnya orgasme intelektual?. Jika belum, lantas apa yang
membedakan mahasiswa dengan kuli bangunan, tukang becak, penjual sayur?.
Tulisan ini mengajak para mahasiswa untuk kembali ke
khittahnya sebagai mahasiswa. Sehingga mahasiswa merasakan nikmatnya orgasme
intelektual. Karena tanpa merasakan kenikmatan tersebut, maka sia-sialah kita
menjadi mahasiswa. Tambah lagi, merasa senang bila dosen tidak mengajar
berhari-hari dengan berbagai alasan. Jika itu yang kita lakukan, maka lebih
baik pulang kampung bantu mencari nafkah untuk kebutuhan hidup keluarga.
Ataupun lebih baik berhenti untuk menjadi mahasiswa, agar tidak memperburuk
citra mahasiswa yang sudah merasakan nikmatnya orgasme intelektual.
Oleh karena itu, mari kita bertekad dan menyatukan langkah
untuk menyemarakkan berbagai macam kegiatan keintelektualan baik di dalam
maupun di luar kampus. Mari kita budayakan kembali untuk menghadiri berbagai
diskusi, seminar ataupun mari berbondong-bondong memenuhi perpustakaan yang
telah disediakan kampus untuk membaca buku maupun berdiskusi. Karena kebiasaan
tersebut akan menjadikan kita merasakan nikmatnya orgasme intelektual. Selamat
mencoba!.
Adnan
Mahasiswa
Komunikasi Islam, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Email: adnanyahya50@yahoo.co.id
0 komentar:
Posting Komentar