Senin, 02 Desember 2013

NIKMATNYA ORGASME INTELEKTUAL

hackeem004.blogspot.com 
Mungkin pembaca terperangah sejenak membaca judul tulisan ini. Judul tulisan ini sangat relevan di bahas dewasa ini. Mengingat banyak mahasiswa yang sudah melupakan kenikmatan tersebut. Ketika mendengar kata “orgasme” maka kebanyakan orang akan berfikir negatif. Orgasme selalu dihubungkan dengan kenikmatan yang didapatkan oleh pasangan suami-isteri setelah berhubungan intim, ataupun pasca mimpi basah bagi para pemuda yang masih lajang alias jomblo.

Sehingga makna orgasme selalu dikaitkan dengan kenikmatan biologis semata. Padahal, ada orgasme yang kenikmatannya melebihi dari kenikmatan orgasme biologis yaitu orgasme intelektual. Jika orgasme biologis hanya dinikmati beberapa menit setelah berhubungan intim dan mimpi basah. Akan tetapi, orgasme intelektual akan dinikmati sepanjang jam, bahkan sepanjang perjalan hidup manusia.

Orgasme intelektual hanya mampu dirasakan oleh para mahasiswa yang memiliki motivasi kuat untuk terus belajar dan belajar. Ketika dalam proses pembelajaran dia terus menikmati proses belajarnya itu, bahkan hingga terlupakan melakukan pekerjaan yang lain. Maka di saat itulah mahasiswa tersebut merasakan nikmatnya orgasme intelektual.

Mahasiswa yang sudah merasakan orgasme intelektual seakan-akan tempat tinggal mereka berubah menjadi gudang perpustakaan. Hidupnya nomaden seperti manusia purba. Artinya, hidup mereka berpindah-pindah dari satu toko buku ke toko buku lainnya, dari satu perpustakaan ke perpustakaaan lainnya, dari satu seminar ke seminar lainnya dan seterusnya. Sehingga dalam dirinya sudah tertanam kuat bahwa satu hari tidak baca buku, satu hari tidak ke perpustakaan, maka batin mahasiswa tersebut seakan-akan berteriak sambil menangis. Begitulah keadaaan mahasiswa yang sudah merasakan orgasme intelektual.

Lihat saja bagaimana orgasme intelektual para Ulama, mereka rela jalan kaki lintas daerah bahkan negara hanya untuk menuntut ilmu. Begitu pula dengan Ulama Hadist, mereka rela minum air kencing sendiri karena kehabisan bekal hanya untuk memastikan keshahihan sebuah hadist. Mereka rela tidak makan dan minum berhari-hari demi mencapai orgasme intelektualnya. Sehingga buah dari orgasme mereka tersebut sekarang berada di tangan seluruh manusia di jagat raya ini. Sebut saja di antara buah orgasme intelektual monomental salah satu ulama besar umat Islam, yaitu Imam Nawawi, seperti Kitab Arba’ain An-Nawawiyah, Kitab Riyadhus Shalihin, Kitab Al-Adzkar dan lainnya. Kitab-kitab tersebut menjadi rujukan para pelajar Islam di seantero dunia untuk memahami keindahan Islam.

Menurut penulis, salah satu ilmuan Indonesia yang sudah merasakan orgasme intelektualnya adalah BJ. Habibie (Presiden ketiga RI). Dalam beberapa literatur yang mengupas tentang dirinya, beliau hanya tidur dua jam saja, selainnya digunakan untuk membaca buku dan belajar. Karena dalam dirinya sudah tertanam kuat akan motivasi pentingnya pengetahuan.

Nah, sekarang mari kita mengaca diri. Apakah kita sebagai mahasiswa sudah merasakan nikmatnya orgasme intelektual?, berapa buku dalam sehari yang kita baca?, berapa kali ke perpustakaan dalam sehari?, berapa banyak uang saku kita sisihkan untuk memberli buku? Serta berapa kali selama menjadi mahasiswa mengikuti seminar yang diadakan oleh berbagai pihak?. Tidak perlu dijawab dengan suara keras, malu di dengar sahabat kita di sebelah. Cukup dijawab dalam hati saja. Dengan jawaban tersebut maka simpulkanlah, apakah kita sudah merasakan nikmatnya orgasme intelektual?. Jika belum, lantas apa yang membedakan mahasiswa dengan kuli bangunan, tukang becak, penjual sayur?.

Tulisan ini mengajak para mahasiswa untuk kembali ke khittahnya sebagai mahasiswa. Sehingga mahasiswa merasakan nikmatnya orgasme intelektual. Karena tanpa merasakan kenikmatan tersebut, maka sia-sialah kita menjadi mahasiswa. Tambah lagi, merasa senang bila dosen tidak mengajar berhari-hari dengan berbagai alasan. Jika itu yang kita lakukan, maka lebih baik pulang kampung bantu mencari nafkah untuk kebutuhan hidup keluarga. Ataupun lebih baik berhenti untuk menjadi mahasiswa, agar tidak memperburuk citra mahasiswa yang sudah merasakan nikmatnya orgasme intelektual.

Oleh karena itu, mari kita bertekad dan menyatukan langkah untuk menyemarakkan berbagai macam kegiatan keintelektualan baik di dalam maupun di luar kampus. Mari kita budayakan kembali untuk menghadiri berbagai diskusi, seminar ataupun mari berbondong-bondong memenuhi perpustakaan yang telah disediakan kampus untuk membaca buku maupun berdiskusi. Karena kebiasaan tersebut akan menjadikan kita merasakan nikmatnya orgasme intelektual. Selamat mencoba!.  

Adnan
Mahasiswa Komunikasi Islam, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Email: adnanyahya50@yahoo.co.id


0 komentar:

Posting Komentar